-
-
Menara 165 Lantai 4, Jl. TB Simatupang Kav 1, Kota Jakarta
-
Dunia industri minyak, gas, dan pertambangan membutuhkan berbagai keahlian teknis untuk memastikan operasional berjalan lancar dan aman. Tiga profesi yang sering membingungkan banyak orang adalah instrumentation engineer, teknisi, dan control engineer. Meski terdengar mirip, ketiganya memiliki peran, tanggung jawab, dan jalur karir yang berbeda. Mari kita bahas perbedaan mendasar dari ketiga profesi ini dan bagaimana prospek karirnya di Indonesia!
Instrumentation engineer memegang peran vital dalam industri minyak, gas, dan pertambangan. Mereka adalah otak di balik sistem pengukuran dan pemantauan yang memastikan seluruh proses produksi berjalan dengan presisi tinggi. Tanpa kehadiran mereka, industri migas akan kesulitan mempertahankan standar keamanan dan efisiensi yang diperlukan.
Seorang instrumentation engineer bertanggung jawab merancang dan mengembangkan peralatan untuk mengoptimalkan proses bisnis. Mereka melakukan penelitian mendalam dan analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan perusahaan, lalu berkoordinasi dengan berbagai departemen untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Tidak hanya itu, mereka juga menyusun strategi untuk menciptakan proses baru yang lebih efisien.
Dalam keseharian, instrumentation engineer sering terlihat melakukan instalasi dan perbaikan peralatan, serta pemeliharaan rutin untuk memastikan seluruh fasilitas berfungsi optimal. Mereka bekerja dengan berbagai instrumen dan kontrol yang mengukur parameter penting seperti aliran, level, pH, tekanan, suhu, dan tegangan.
Untuk menjadi instrumentation engineer, seseorang biasanya membutuhkan gelar sarjana di bidang teknik mesin, teknik elektro, teknik komputer, atau disiplin ilmu terkait. Proses untuk menjadi instrumentation engineer yang kompeten biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun setelah lulus kuliah.
Keterampilan utama yang harus dikuasai meliputi pemrograman PLC (Programmable Logic Controller), AutoCAD, dan kemampuan menganalisis berbagai parameter. Pengetahuan mendalam tentang sistem instrumentasi dan kontrol juga menjadi syarat mutlak bagi seorang instrumentation engineer.
Berdasarkan data terbaru, gaji instrumentation engineer di Indonesia cukup menjanjikan. Di Jakarta, gaji rata-rata untuk posisi ini sekitar Rp7.250.000 per bulan. Namun, di perusahaan besar seperti PT Petrosea, instrumentation engineer bisa mendapatkan gaji hingga Rp17.000.000 per bulan.
Di PT Sumber Global Energy Tbk, instrumentation engineer bisa memperoleh gaji sekitar Rp16.950.000 per bulan atau setara dengan Rp203.400.000 per tahun. Sementara di Batam, gaji rata-rata mencapai Rp306.912.878 per tahun atau sekitar Rp25.576.073 per bulan, dengan bonus tahunan rata-rata Rp10.527.112.
Faktor yang mempengaruhi besaran gaji termasuk pengalaman kerja, keahlian khusus, dan sertifikasi yang dimiliki. Seorang entry level (1-3 tahun pengalaman) di Batam bisa mendapatkan sekitar Rp217.876.962 per tahun, sementara senior level (8+ tahun pengalaman) bisa mencapai Rp385.790.848 per tahun.
Berbeda dengan engineer, teknisi instrumentasi adalah praktisi lapangan yang memastikan seluruh peralatan instrumentasi berfungsi dengan baik. Mereka adalah eksekutor dari rencana dan desain yang dibuat oleh para engineer.
teknisi instrumentasi bekerja dalam tim dengan teknisi lain dan instrumentation engineer. Peran utama mereka adalah melakukan observasi, pengukuran, dan pelaporan kondisi peralatan. Mereka menjadi asisten bagi instrumentation engineer dalam mengimplementasikan desain dan rencana yang telah dibuat.
Dengan bertambahnya pengalaman, seorang teknisi akan mendapatkan tanggung jawab lebih besar dalam perbaikan, pemeliharaan, atau penggantian instrumen dan kontrol. Mereka menjadi ujung tombak dalam memastikan seluruh sistem instrumentasi berjalan lancar tanpa gangguan.
Untuk menjadi teknisi instrumentasi, seseorang membutuhkan gelar associate (D3) dari program yang diakui. Banyak karyawan memulai karir dengan gelar associate dan bekerja beberapa tahun untuk mendapatkan pengalaman praktis sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana untuk menjadi engineer.
Keterampilan yang perlu dikuasai meliputi pemahaman dasar tentang sistem kelistrikan dan elektronik, matematika terkait instrumentasi, konsep instrumentasi industri, kemampuan membaca cetak biru dan diagram, serta pengoperasian peralatan uji dan komputer.
Meskipun data spesifik tentang gaji teknisi instrumentasi di Indonesia terbatas, posisi ini biasanya mendapatkan sekitar 60-70% dari gaji seorang engineer. Dengan pengalaman dan sertifikasi tambahan, seorang teknisi dapat meningkatkan nilai tawarnya di pasar kerja.
Jalur karir yang menarik adalah transisi dari teknisi menjadi engineer setelah mendapatkan pendidikan lanjutan dan pengalaman yang cukup. Ini menjadi pilihan yang populer bagi banyak teknisi yang ingin meningkatkan karir dan pendapatan mereka.
Control engineer adalah spesialis yang fokus pada sistem pengendalian dan otomasi dalam industri. Mereka memastikan seluruh proses produksi berjalan secara otomatis dengan tingkat presisi dan efisiensi yang tinggi.
Seorang control engineer adalah insinyur interdisipliner yang mengelola sistem kontrol perusahaan. Mereka harus familiar dengan berbagai disiplin teknik seperti mekanik, industri, dan ilmu komputer. Tanggung jawab utama mereka adalah merancang sistem berdasarkan kebutuhan perusahaan dan melakukan studi kelayakan untuk memastikan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi.
Control engineer juga mengembangkan sistem, membuat prototipe, dan melakukan pengujian untuk memastikan sistem kontrol menghasilkan hasil yang diinginkan. Setelah pengujian, mereka mengimplementasikan sistem dan melakukan pemeriksaan pemeliharaan rutin. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengimplementasikan perubahan kode dalam sistem kontrol.
Menjadi control engineer membutuhkan waktu lebih lama, sekitar 4-6 tahun, karena kompleksitas pengetahuan yang harus dikuasai. Mereka membutuhkan latar belakang pendidikan yang kuat dalam berbagai disiplin teknik dan pemahaman mendalam tentang sistem kontrol dan otomasi.
Keterampilan paling penting yang harus dikuasai oleh control engineer meliputi PLC, HMI (Human-Machine Interface), dan bahasa pemrograman C++. Pengetahuan tentang sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) juga sangat penting dalam peran ini.
Di Indonesia, control engineer di perusahaan seperti Delta Dunia Makmur bisa mendapatkan gaji sekitar Rp15.300.000 per bulan atau Rp183.600.000 per tahun. Secara global, gaji rata-rata untuk posisi ini mencapai $92,727 (sekitar Rp1,4 miliar per tahun).
Industri minyak, gas, dan pertambangan menawarkan peluang karir yang sangat baik bagi control engineer dengan gaji yang kompetitif. Semakin banyak pengalaman dan sertifikasi yang dimiliki, semakin tinggi pula gaji yang bisa didapatkan.
Meski ketiganya bekerja dalam lingkup yang mirip, terdapat perbedaan mendasar antara instrumentation engineer, teknisi, dan control engineer yang perlu dipahami.
Instrumentation engineer fokus pada perancangan dan pengembangan instrumen pengukuran, sementara control engineer lebih fokus pada sistem kontrol dan otomasi. Teknisi sendiri berperan sebagai pelaksana di lapangan yang memastikan seluruh sistem berjalan dengan baik.
Dari segi spesialisasi, instrumentation engineer lebih ahli dalam hal pengukuran dan pemantauan, control engineer dalam hal pengendalian dan otomasi, sedangkan teknisi lebih pada aspek praktis dan pemeliharaan.
Jalur karir untuk ketiga profesi ini cukup berbeda. Instrumentation engineer biasanya dapat berkembang menjadi senior engineer atau manajer teknis. Control engineer dapat berkembang menjadi spesialis otomasi atau manajer proyek. Sementara teknisi dapat berkembang menjadi senior teknisi atau bahkan beralih menjadi engineer dengan pendidikan tambahan.
Pengembangan profesional juga berbeda, dengan instrumentation engineer lebih fokus pada penguasaan teknologi pengukuran terbaru, control engineer pada sistem otomasi canggih, dan teknisi pada keterampilan praktis dan sertifikasi teknis.
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu tertarik untuk mengejar karir di salah satu profesi ini? Atau mungkin kamu sudah bekerja di industri migas dan punya pengalaman untuk dibagikan? Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar